Sejarah Sunda
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Pada tahun 1998, suku Sunda berjumlah kurang lebih 33 juta jiwa, kebanyakan dari mereka hidup di Jawa Barat
dan sekitar 1 juta jiwa hidup di provinsi lain. Dari antara mereka,
penduduk kota mencapai 34,51%, suatu jumlah yang cukup berarti yang
dapat dijangkau dengan berbagai media. Kendatipun demikian, suku Sunda
adalah salah satu kelompok orang yang paling kurang dikenal di dunia.
Nama mereka sering dianggap sebagai orang Sudan di Afrika dan salah dieja dalam ensiklopedia. Beberapa koreksi ejaan dalam komputer juga mengubahnya menjadi Sudanese (dalam bahasa Inggris).
Pada abad ke-20, sejarah mereka telah terjalin melalui bangkitnya nasionalisme Indonesia yang akhirnya menjadi Indonesia modern.
Kata Sunda artinya Bagus/ Baik/ Putih/ Bersih/ Cemerlang, segala
sesuatu yang mengandung unsur kebaikan, orang Sunda diyakini memiliki
etos/ watak/ karakter Kasundaan sebagai jalan menuju keutamaan hidup.
Watak / karakter Sunda yang dimaksud adalah cageur (sehat), bageur
(baik), bener (benar), singer (mawas diri), dan pinter (pandai/ cerdas)
yang sudah ada sejak zaman Salaka Nagara tahun 150 sampai ke Sumedang
Larang Abad ke- 17, telah membawa kemakmuran dan kesejahteraan lebih
dari 1000 tahun.
Sunda merupakan kebudayaan masyarakat yang tinggal di wilayah barat
pulau Jawa dengan berjalannya waktu telah tersebar ke berbagai penjuru
dunia. Sebagai suatu suku, bangsa Sunda merupakan cikal bakal berdirinya
peradaban di Nusantara, di mulai dengan berdirinya kerajaan tertua di
Indonesia, yakni Kerajaan Salakanagara dan Tarumanegara sampai ke Galuh,
Pakuan Pajajaran, dan Sumedang Larang. Kerajaan Sunda merupakan
kerajaan yang cinta damai, selama pemerintahannya tidak melakukan
ekspansi untuk memperluas wilayah kekuasaannya. Keturunan Kerajaan Sunda
telah melahirkan kerajaan- kerajaan besar di Nusantara diantaranya
Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Majapahit, Kerajaan Mataram, Kerajaan
Cirebon, Kerajaan Banten, dll.
[sunting] Pengaruh Hinduisme
Tidak seorang pun yang tahu kapan persisnya pola-pola Hindu mulai berkembang di Indonesia, dan siapa yang membawanya. Diakui bahwa pola-pola Hindu tersebut berasal dari India;
mungkin dari pantai selatan. Tetapi karakter Hindu yang ada di Jawa
menimbulkan lebih banyak pertanyaan dari pada jawabannya. Misalnya,
pusat-pusat Hindu yang utama bukan di kota-kota dagang di daerah
pesisir, tetapi lebih di pedalaman. Tampaknya jelas bahwa ide-ide
keagamaanlah yang telah menaklukkan pemikiran orang setempat, bukan
tentara. Sebuah teori yang berpandangan bahwa kekuatan para penguasa
Hindu/India telah menarik orang-orang Indonesia kepada
kepercayaan-kepercayaan roh-magis agama Hindu. Entah bagaimana, banyak
aspek dari sistem kepercayaan Hindu diserap ke dalam pemikiran orang
Sunda dan juga Jawa.
Karya sastra Sunda yang tertua yang terkenal adalah Caritha Parahyangan. Karya ini ditulis sekitar tahun 1000 dan mengagungkan raja Jawa Sanjaya sebagai prajurit besar. Sanjaya adalah pengikut Shiwaisme sehingga kita tahu bahwa iman Hindu telah berurat akar dengan kuat sebelum tahun 700. Sangat mengherankan kira-kira pada waktu ini, agama India kedua, Buddhisme, membuat penampilan pemunculan dalam waktu yang singkat. Tidak lama setelah candi-candi Shiwa dibangun di dataran tinggi Dieng di Jawa Tengah, monumen Borobudur yang indah sekali dibangun dekat Yogyakarta ke arah selatan. Diperkirakan agama Buddha adalah agama resmi Kerajaan Syailendra di Jawa Tengah pada tahun 778 sampai tahun 870.
Hinduisme tidak pernah digoyahkan oleh bagian daerah lain di pulau Jawa
dan tetap kuat hingga abad 14. Struktur kelas yang kaku berkembang di
dalam masyarakat. Pengaruh bahasa Sanskerta
menyebar luas ke dalam bahasa masyarakat di pulau Jawa. Gagasan tentang
ketuhanan dan kedudukan sebagai raja dikaburkan sehingga keduanya tidak
dapat dipisahkan.
Di antara orang Sunda dan juga orang Jawa, Hinduisme bercampur dengan
penyembahan nenek moyang kuno. Kebiasaan perayaan hari-hari ritual
setelah kematian salah seorang anggota keluarga masih berlangsung hingga
kini. Pandangan Hindu tentang kehidupan dan kematian mempertinggi nilai
ritual-ritual seperti ini. Dengan variasi-variasi yang tidak terbatas
pada tema mengenai tubuh spiritual yang hadir bersama-sama dengan tubuh
natural, orang Indonesia telah menggabungkan filsafat Hindu ke dalam
kondisi-kondisi mereka sendiri. J. C. van Leur berteori bahwa Hinduisme
membantu mengeraskan bentuk-bentuk kultural suku Sunda. Khususnya
kepercayaan magis dan roh memiliki nilai absolut dalam kehidupan orang
Sunda. Salah seorang pakar adat istiadat Sunda, Prawirasuganda,
menyebukan bahwa angka tabu yang berhubungan dengan seluruh aspek
penting dalam lingkaran kehidupan perayaan-perayaan suku Sunda sama
dengan yang ada dalam kehidupan suku Badui.
[sunting] Pengaruh orang Jawa
Menurut sejarawan Bernard Vlekke, Jawa Barat merupakan daerah yang terbelakang di pulau Jawa hingga abad ke-11. Kerajaan-kerajaan besar bangkit di Jawa Tengah dan Jawa Timur
namun hanya sedikit yang berubah di antara suku Sunda. Walaupun
terbatas, pengaruh Hindu di antara orang-orang Sunda tidak sekuat
pengaruhnya seperti di antara orang-orang Jawa. Kendatipun demikian,
sebagaimana tidak berartinya Jawa Barat, orang Sunda memiliki raja pada
zaman Airlangga di Jawa Timur, kira-kira tahun 1020. Tetapi raja-raja Sunda semakin berada di bawah kekuasaan kerajaan-kerajaan Jawa yang besar. Kertanegara (1268-92) adalah raja Jawa pada akhir periode Hindu di Indonesia. Setelah pemerintahan Kertanegara, raja-raja Majapahit memerintah hingga tahun 1478, tetapi mereka tidak penting lagi setelah tahun 1389. Namun, pengaruh Jawa ini berlangsung terus dan memperdalam pengaruh Hinduisme terhadap orang Sunda.
[sunting] Pajajaran dekat Bogor
Pada tahun 1333, hadir kerajaan Pajajaran di dekat kota Bogor sekarang. Kerajaan ini dikalahkan oleh kerajaan Majapahit di bawah pimpinan perdana menterinya yang terkenal, Gadjah Mada. Menurut cerita romantik Kidung Sunda, putri Sunda hendak dinikahkan dengan Hayam Wuruk,
raja Majapahit, namun Gajah Mada menentang pernikahan ini dan setelah
orang-orang Sunda berkumpul untuk acara pernikahan, ia mengubah
persyaratan. Ketika raja dan para bangsawan Sunda mendengar bahwa sang
putri hanya akan menjadi selir dan tidak akan ada pernikahan seperti
yang telah dijanjikan, mereka berperang melawan banyak rintangan
tersebut hingga semuanya mati. Meski permusuhan antara Sunda dan Jawa
berlangsung selama bertahun-tahun setelah episode ini, tetapi pengaruh
yang diberikan oleh orang Jawa tidak pernah berkurang terhadap orang
Sunda.
Hingga saat ini, Kerajaan Pajajaran dianggap sebagai kerajaan Sunda
tertua. Sungguhpun kerajaan ini hanya berlangsung selama tahun 1482-1579, banyak kegiatan dari para bangsawannya dikemas dalam legenda. Siliwangi, raja Hindu Pajajaran, digulingkan oleh komplotan antara kelompok Muslim Banten, Cirebon, dan Demak
dalam persekongkolan dengan keponakannya sendiri. Dengan jatuhnya
Siliwangi, Islam mengambil alih kendali atas sebagian besar wilayah Jawa
Barat. Faktor kunci keberhasilan Islam adalah kemajuan kerajaan Demak dari Jawa Timur ke Jawa Barat sebelum tahun 1540. Dari sebelah timur menuju ke barat, Islam menembus hingga ke Priangan (dataran tinggi bagian tengah) dan mencapai seluruh Sunda.
[sunting] Kemajuan Islam
Orang Muslim telah ada di Nusantara pada awal tahun 1100 namun sebelum Malaka yang berada di selat Malaya menjadi kubu pertahanan Muslim pada tahun 1414, pertumbuhan agama Islam pada masa itu hanya sedikit. Aceh di Sumatera Utara mulai mengembangkan pengaruh Islamnya kira-kira pada 1416.
Sarjana-sarjana Muslim menahun tanggal kedatangan Islam ke Indonesia
hingga hampir ke zaman Muhammad. Namun beberapa peristiwa yang mereka
catat mungkin tidak penting.
Kedatangan Islam yang sebenarnya tampaknya terjadi ketika misionaris Arab dan Persia masuk ke pulau Jawa pada awal tahun 1400 dan lambat laun memenangkan para mualaf di antara golongan yang berkuasa.
[sunting] Kejatuhan Majapahit
Sebelum 1450, Islam telah memperoleh tempat berpijak di istana
Majapahit di Jawa Timur. Van Leur memperkirakan hal ini ditolong oleh
adanya disintegrasi budaya Brahma di India. Surabaya
(Ampel) menjadi pusat belajar Islam dan dari sana para pengusaha Arab
yang terkenal meluaskan kekuasaan mereka. Jatuhnya kerajaan Jawa, yaitu kerajaan Majapahit pada tahun 1468 dikaitkan dengan intrik dalam keluarga raja karena fakta bahwa putra raja, Raden Patah
masuk Islam. Baik di Jawa Timur maupun Jawa Barat, pemberontakan dalam
keluarga-keluarga raja digerakkan oleh tekanan militer Islam. Ketika
para bangsawan berganti keyakinan, maka rakyat akan ikut. Meskipun
demikian, Vlekke menunjukkan bahwa perang-pra keagamaan jarang terjadi
di sepanjang sejarah Jawa.
- '
- '
- '
- 'hfghfhfyjgygygyjgyjghjtyytjghjghjghj
[sunting] Kerajaan Demak
Raden Patah menetap di Demak yang menjadi kerajaan Islam pertama di Jawa. Ia mencapai puncak kekuasaannya menjelang 1540
dan pada waktunya menaklukkan suku-suku hingga ke Jawa Barat. Bernard
Vlekke mengatakan bahwa Demak mengembangkan wilayahnya hingga Jawa Barat
karena politik Jawa tidak begitu berkepentingan dengan Islam. Pada
waktu itu, Sunan Gunung Jati, seorang pangeran Jawa, mengirim putranya Hasanuddin dari Cirebon, untuk mempertobatkan orang-orang Sunda secara ekstensif. Pada 1526, baik Banten maupun Sunda Kelapa berada di bawah kontrol Sunan Gunung Jati yang menjadi sultan Banten
pertama. Penjajaran Cirebon dengan Demak ini telah menyebabkan Jawa
Barat berada di bawah kekuasaan Islam. Pada kuartal kedua abad ke-16,
seluruh pantai utara Jawa Barat berada di bawah kekuasaan
pemimpin-pemimpin Islam dan penduduknya telah menjadi Muslim. Karena
menurut data statistik penduduk tahun 1780 terdapat kira-kira 260.000
jiwa di Jawa Barat, dapat kita asumsikan bahwa pada abad ke-16 jumlah
penduduk jauh lebih sedikit. Ini memperlihatkan bahwa Islam masuk ketika
orang-orang Sunda masih merupakan suku kecil yang berlokasi terutama di
pantai-pantai dan di lembah-lembah sungai seperti Ciliwung, Citarum, dan Cisadane.
[sunting] Natur Islam
Ketika Islam masuk ke Sunda, memang ditekankan lima pilar utama
agama, namun dalam banyak bidang yang lain dalam pemikiran keagamaan,
sinkretisme berkembang dengan cara pandang orang Sunda mula-mula.
Sejarawan Indonesia Soeroto
yakin bahwa Islam dipersiapkan untuk hal ini di India. "Islam yang
pertama-tama datang ke Indonesia mengandung banyak unsur filsafat Iran
dan India. Namun justru komponen-komponen merekalah yang mempermudah
jalan bagi Islam di sini." Para sarjana yakin bahwa Islam menerima kalau
adat-istiadat yang menguntungkan masyarakat harus dipertahankan. Dengan
demikian Islam bercampur banyak dengan Hindu dan adat istiadat asli
masyarakat. Perkawinan beberapa agama ini biasa disebut "agama Jawa". Akibat percampuran Islam dengan sistem kepercayaan majemuk, yang sering disebut aliran kebatinan, memberi deskripsi akurat terhadap kekompleksan agama di antara suku Sunda saat ini.
[sunting] Kolonialisme Belanda
Sebelum kedatangan Belanda di Indonesia pada 1596,
Islam telah menjadi pengaruh yang dominan di antara kaum ningrat dan
pemimpin masyarakat Sunda dan Jawa. Secara sederhana, Belanda berperang
dengan pusat-pusat kekuatan Islam untuk mengontrol perdagangan pulau dan
hal ini menciptakan permusuhan yang memperpanjang konflik Perang Salib masuk ke arena Indonesia. Pada 1641, mereka mengambil alih Malaka dari Portugis
dan memegang kontrol atas jalur-jalur laut. Tekanan Belanda terhadap
kerajaan Mataram sangat kuat hingga mereka mampu merebut hak-hak ekonomi
khusus di daerah pegunungan (Priangan) Jawa Barat. Sebelum 1652,
daerah-daerah besar Jawa Barat merupakan persediaan mereka. Ini
mengawali 300 tahun eksploitasi Belanda di Jawa Barat yang hanya
berakhir pada saat Perang Dunia II.
Peristiwa-peristiwa pada abad ke-18 menghadirkan serangkaian
kesalahan Belanda dalam bidang sosial, politik, dan keagamaan. Seluruh
dataran rendah Jawa Barat menderita di bawah persyaratan-persyaratan
yang bersifat opresif yang dipaksakan oleh para penguasa lokal.
Contohnya adalah daerah Banten. Pada tahun 1750, rakyat mengadakan
revolusi menentang kesultanan yang dikendalikan oleh seorang wanita
Arab, Ratu Sjarifa. Menurut Ayip Rosidi, Ratu Sjarifa adalah kaki tangan Belanda. Namun, Vlekke berpendapat bahwa "Kiai Tapa",
sang pemimpin, adalah seorang Hindu, dan bahwa pemberontakan itu lebih
diarahkan kepada pemipin-pemimpin Islam daripada kolonialis Belanda.
(Sulit untuk melakukan rekonstruksi sejarah dari beberapa sumber karena
masing-masing golongan memiliki kepentingan sendiri yang mewarnai cara
pencatatan kejadian.)
[sunting] Agama bukanlah isu hingga tahun 1815
Selama 200 tahun pertama Belanda
memerintah di Indonesia, sedikit masalah yang dikaitkan dengan agama.
hal ini terjadi karena secara praktis Belanda tidak melakukan apa-apa
untuk membawa kekristenan, yakni agama yang dianut bangsa Belanda, kepada penduduk Indonesia. Hingga tahun 1800, ada "gereja kompeni" yakni "gereja" yang hanya namanya saja karena hanya berfungsi melayani kebutuhan para pekerja Belanda di Perusahaan Hindia Timur (VOC). Badan ini mengatur seluruh kegiatan Belanda di kepulauan Indonesia. Hingga abad ke-19 tidak ada kota bagi anak-anak Indonesia sehingga rakyat tidak mempunyai cara untuk mengetahui kekristenan.
Pada pergantian abad ke-19, VOC gulung tikar dan Napoleon menduduki Belanda. Pada 1811, Inggris menjadi pengurus Hindia Timur Belanda. Salah satu inisiatif mereka adalah membuka negeri ini terhadap kegiatan misionaris.
Walaupun demikian, hanya sedikit yang dilakukan di Jawa hingga
pertengahan abad tersebut. Kendati demikian, beberapa fondasi telah
diletakkan di Jawa Timur dan Jawa Tengah yang menjadi model bagi
pekerjaan di antara orang Sunda.
[sunting] Sistem budaya
Kesalahan politik yang paling terkenal yang dilakukan Belanda dimulai pada tahun 1830. Kesalahan politik ini disebut sebagai Sistem Budaya (Cultuurstelsel),
namun sebenarnya lebih tepat jika disebut sistem perbudakan. Sistem ini
mengintensifkan usaha-usaha pemerintah untuk menguras hasil bumi yang
lebih banyak yang dihasilkan dari tanah ini. Sistem budaya ini memeras
seperlima hasil tanah petani sebagai pengganti pajak. Dengan mengadakan
hasil panen yang baru seperti gula, kopi, dan teh,
maka lebih besar lagi tanah pertanian yang diolahnya. Pengaruh ekonomi
ke pedesaan bersifat dramatis dan percabangan sosialnya penting.
Melewati pertengahan abad, investasi swasta di tanah Jawa Barat mulai
tumbuh dan mulai bermunculan perkebunan-perkebunan. Tanah diambil dari
tangan petani dan diberikan kepada para tuan tanah besar. Menjelang 1870, hukum agraria dipandang perlu untuk melindungi hak-hak rakyat atas tanah.
[sunting] Pertumbuhan populasi di Jawa
Pada tahun 1851
di Jawa Barat, suku Sunda berjumlah 786.000 jiwa. Dalam jangka waktu 30
tahun jumlah penduduk menjadi dua kali lipat. Priangan menjadi titik
pusat perdagangan barang yang disertai arus penguasa dari Barat serta
imigran-imigran Asia (kebanyakan orang Tionghoa). Pada awal abad ke-19 diperkirakan bahwa sepertujuh atau seperdelapan pulau Jawa merupakan hutan dan tanah kosong. Pada tahun 1815 seluruh Jawa dan Madura
hanya memiliki 5 juta penduduk. Angka tersebut bertambah menjadi 28
juta menjelang akhir abad tersebut dan mencapai 108 juta pada tahun
1990. Pertumbuhan populasi di antara orang Sunda mungkin merupakan
faktor non-religius yang paling penting di dalam sejarah suku Sunda.
[sunting] Konsolidasi pengaruh Islam
Karena lebih banyak tanah yang dibuka dan perkampungan-perkampungan
baru bermunculan, Islam mengirim guru-guru untuk tinggal bersama-sama
dengan masyarakat sehingga pengaruh Islam bertambah di setiap habitat
orang Sunda. Guru-guru Islam bersaing dengan Belanda untuk mengontrol
kaum ningrat guna menjadi pemimpin di antara rakyat. Menjelang akhir
abad, Islam diakui sebagai agama resmi masyarakat Sunda.
Kepercayaan-kepercayaan yang kuat terhadap banyak jenis roh dianggap
sebagai bagian dari Islam. Kekristenan,
yang datang ke tanah Sunda pada pertengahan abad memberikan dampak yang
sedikit saja kepada orang-orang di luar kantong Kristen Sunda yang
kecil.
[sunting] Reformasi abad ke-20
Sejarah Sunda di abad ke-20 dimulai dengan reformasi di banyak bidang. Pemerintah Belanda mengadakan Kebijakan Etis pada tahun 1901 karena dipengaruhi oleh kritik yang tajam di berbagai bidang. Reformasi ini terutama terjadi dalam bidang ekonomi, meliputi perkembangan bidang pertanian, kesehatan, dan pendidikan.
Rakyat merasa diasingkan dengan tradisi ningrat mereka sendiri dan
Islam menjadi jurubicara mereka menentang ekspansi imperialistik besar
yang sedang berlangsung di dunia melalui serangan ekonomi negara-negara
Eropa. Islam merupakan salah satu agama utama yang mencoba menyesuaikan
diri dengan dunia modern. Gerakan reformator yang dimulai di Kairo pada tahun 1912 diekspor ke mana-mana. Gerakan ini menciptakan dua kelompok utama di Indonesia. Kelompok tersebut adalah Sarekat Islam yang diciptakan untuk sektor perdagangan dan bersifat nasionalis. Kelompok yang lain adalah Muhammadiyah yang tidak bersifat politik, namun berjuang untuk memenuhi kebutuhan rakyat akan pendidikan, kesehatan, dan keluarga.
[sunting] Tidak ada karakteristik sejarah Sunda
Yang menonjol dalam sejarah orang Sunda adalah hubungan mereka dengan
kelompok-kelompok lain. Orang Sunda hanya memiliki sedikit
karakteristik dalam sejarah mereka sendiri. Ayip Rosidi menguraikan lima
rintangan yang menjadi alasan sulitnya mendefinisikan karakter orang
Sunda. Di antaranya, ia memberikan contoh orang Jawa sebagai satu
kelompok orang yang memiliki identitas jelas, bertolak belakang dengan
orang-orang Sunda yang kurang dalam hal ini.
Secara historis, orang Sunda tidak memainkan suatu peranan penting
dalam urusan-urusan nasional. Beberapa peristiwa yang sangat penting
telah terjadi di Jawa Barat, namun biasanya peristiwa-peristiwa tersebut
bukanlah kejadian yang memiliki karakteristik Sunda. Hanya sedikit
orang Sunda yang menjadi pemimpin, baik dalam hal konsepsi maupun
implementasi dalam aktivitas-aktivitas nasional. Memang banyak orang
Sunda yang dilibatkan dalam berbagai peristiwa pada abad ke-20, namun
secara statistik dikatakan mereka tidak begitu berperan. Pada abad ini,
sejarah orang Sunda pada hakekatnya merupakan sejarah orang Jawa.
[sunting] Orientasi keagamaan abad ke-20
Agama di antara orang Sunda adalah seperti bentuk-bentuk kultural
mereka yang lain yang pada umumnya, mencerminkan agama orang Jawa.
Perbedaan yang penting adalah kelekatan yang lebih kuat kepada Islam
dibanding dengan apa yang dapat ditemukan di antara orang Jawa. Walaupun
kelekatan ini tidak sebesar suku Madura atau Bugis, namun cukup penting untuk mendapat perhatian khusus bila kita melihat sejarah orang Sunda.
Salah satu aspek yang sangat penting dalam agama-agama orang Sunda
adalah dominasi kepercayaan-kepercayaan pra-Islam. Kepecayaan itu
merupakan fokus utama dari mitos dan ritual dalam upacara-upacara dalam
lingkaran kehidupan orang Sunda. Upacara-upacara tali paranti (tradisi-tradisi dan hukum adat) selalu diorientasikan terutama di seputar penyembahan kepada Dewi Sri (Nyi Pohaci Sanghiang Sri). Kekuatan roh yang penting juga adalah Nyi Roro Kidul,
tetapi tidak sebesar Dewi Sri; ia adalah ratu Laut Selatan sekaligus
pelindung semua nelayan. Di sepanjang pantai selatan Jawa, rakyat takut
dan selalu memenuhi tuntutan dewi ini hingga sekarang. Contoh lain
adalah Siliwangi.
Siliwangi adalah kuasa roh yang merupakan kekuatan dalam kehidupan
orang Sunda. Ia mewakili kuasa teritorial lain dalam struktur kosmologis
orang Sunda.
[sunting] Mantera-mantera magis
Dalam penyembahan kepada ilah-ilah, sistem mantera magis juga
memainkan peran utama berkaitan dengan kekuatan-kekuatan roh. Salah satu
sistem tersebut adalah Ngaruat Batara Kala yang dirancang untuk memperoleh kemurahan dari dewa Batara Kala
dalam ribuan situasi pribadi. Rakyat juga memanggil roh-roh yang tidak
terhitung banyaknya termasuk arwah orang yang telah meninggal dan juga
menempatkan roh-roh (jurig) yang berbeda jenisnya. Banyak
kuburan, pepohonan, gunung-gunung dan tempat-tempat serupa lainnya
dianggap keramat oleh rakyat. Di tempat-tempat ini, seseorang dapat
memperoleh kekuatan-kekuatan supranatural untuk memulihkan kesehatan,
menambah kekayaan, atau meningkatkan kehidupan seseorang dalam berbagai
cara.
[sunting] Dukun-dukun
Untuk membantu rakyat dalam kebutuhan spiritual mereka, ada pelaksana-pelaksana ilmu magis yang disebut dukun. Dukun-dukun ini aktif dalam menyembuhkan atau dalam praktik-praktik mistik seperti numerologi.
Mereka mengadakan kontak dengan kekuatan-kekuatan supranatural yang
melakukan perintah para dukun ini. Beberapa dukun ini akan melakukan ilmu hitam
tetapi kebanyakan adalah jika dianggap sangat bermanfaat oleh orang
Sunda. Sejak lahir hingga mati hanya sedikit keputusan penting yang
dibuat tanpa meminta pertolongan dukun. Kebanyakan orang mengenakan jimat-jimat
di tubuh mereka serta meletakkannya pada tempat-tempat yang
menguntungkan dalam harta milik mereka. Beberapa orang bahkan melakukan
mantera atau jampi-jampi sendiri tanpa dukun. Kebanyakan aktivitas ini
terjadi di luar wilayah Islam dan merupakan oposisi terhadap Islam,
tetapi orang-orang ini tetap dianggap sebagai Muslim.
Memahami orang Sunda pada zaman ini merupakan tantangan yang besar bagi sejarawan, antropolog,
dan sarjana-sarjana agama. Bahkan sarjana-sarjana Sunda yang terkemuka
segan untuk mencoba melukiskan karakter dan kontribusi rakyat Sunda.
Agaknya, melalui berbagai cara masyarakat Sunda telah terserap ke dalam
budaya Indonesia sejak 50 tahun yang lalu.A